PENGERTIAN
Andragogi berasal dari bahasa Yunani yaitu andr yang berarti “orang dewasa” dan agogos yang berarti “memimpin atau membimbing”. Andragogi sendiri terlahir setelah paedagogi, yang juga berasal dari bahasa Yunani, paed, yang berarti "anak". Alexander Kapp pada menyatakan bahwa andragogi merupakan proses pendidikan bagi seluruh orang dewasa cacad maupun tidak cacad secara berkelanjutan.
KARAKTERISTIK POD
pada kenyataannya, dewasa berbeda dengan pemuda, dan perbedaan ini ada implikasinya bagi pengajaran.
1. Orang Dewasa Telah Memiliki Lebih Banyak Pengalaman Hidup
2. Orang Dewasa Memiliki Motivasi yang Tinggi Untuk Belajar.
3. Orang Dewasa Telah Memiliki Banyak Peranan Dan Tanggung Jawab
4. Kurang Kepercayaan pada Kemampuan Diri untuk Belajar Kembali
5. Orang Dewasa lebih Beragam dari Para Pemuda
6. Makna Belajar bagi Orang Dewasa
BEBERAPA ASUMSI DASAR DAN IMPLIKASINYA TERHADAP BELAJAR
Menurut Knowles, Merjan, dan Jervis, teori andragogi adalah teknologi keterlibatan ego, yang berarti bahwa keberhasilan dalam pembelajaran orang dewasa terletak pada keterlibatan ego mereka dalam proses pembelajarannya. Asumsi yang dijadikan landasan dimaksud adalah seperti berikut :
1. Konsep Diri
Beberapa implikasi dari asumsi konsep diri terhadap belajar bagi orang dewasa, diantaranya :
a. iklim belajar perlu diciptakan sesuai dengan keadaan orang dewasa, baik ruangan yang digunakan maupun peralatan.
b. Pebelajar diikutsertakan dalam mendiagnosa kebutuhan belajarnya.
c. Pebelajar dilibatkan dalam proses perencanaan belajarnya.
d. Dalam proses belajar mengajar merupakan tanggung jawab bersama antara pembelajar dan pebelajar.
e. Evaluasi belajar dalam proses belajar secara andragogi menekankan kepada evaluasi diri.
2. Pengalaman
a. orang dewasa merupakan pebelajar yang lebih kaya dibandingkan anak-anak.
b. Penekanan pada proses belajar pada aplikasi praktis.
c. Penekanan dalam proses belajar adalah belajar dari pengalaman
3. Kesiapan Untuk belajar
Hasil studi terakhir menunjukkan bahwa orang dewasa mempunyai masa kesiapan untuk belajar. Robert J.Havighurts (1953) membagi masa dewasa itu atas 3 fase yaitu (1). Masa dewasa awal umur antara 18-30 tahun; (2). Masa dewasa pertengahan umur antara 30-55 tahun; dan (3). Masa dewasa akhir berumur antara 55 tahun lebih.
4. Orientasi Terhadap Belajar
Implikasi adanya perbedaan dalam orientasi terhadap belajar antara orang dewasa dan orang dewasa adalah :
a. Para pendidik orang dewasa bukanlah berperan sebagai guru yang mengajarkan mata pelajaran tertentu, tetapi sebagai pemberi bantuan bagi orang yang belajar.
b. Kurikulum dalam pendidikan orang dewasa tidak berorientasikan kepada mata pelajaran tertentu, tetapi berorientasi pada masalah.
c. Oleh karena orang dewasa dalam belajar berorientasi kepada masalah maka pengalaman belajar yang dirancang berdasarkan pula masalah atau pelatihan yang ada pada benak mereka.
BEBERAPA ASUMSI BELAJAR
1. Orang dewasa dapat belajar
-Kemampuan belajar masih tetap ada sepanjang hidup .
2. Belajar adalah proses dari dalam
-Belajar merupakan proses dari dalam yang dikontrol langsung oleh peserta sendiri serta melibatkan dirinya, termasuk fungsi intelek, emosi, dan fisiknya.
3. Kondisi belajar dan prinsip-prinsip belajar
Adapun langkah-langkah yang bisa diterapkan antara lain:
1) Menciptakan iklim belajar yang cocok
2) Menciptakan struktur organisasi untuk perencanaan yang bersifat partisipatif
3) Mendiagnosis kebutuhan belajar
4) Merumuskan tujuan belajar
5) Melaksanakan kegiatan belajar
6) evaluasi
TUJUAN PENDIDIKAN ORANG DEWASA
Menurut Houle (1972), ada enam orientasi yang dipegang oleh pendidik orang dewasa, yaitu :
1. Memusatkan pada tujuan.
2. Memenuhi kebutuhan dan minat.
3. Menyerupai sekolahan.
4. Menguatkan kepemimpinan.
5. Mengembangkan lembaga pendidikan orang dewasa.
6. Meningkatkan informalisasi.
PERTIMBANGAN FILOSOFIS PENDIDIKAN ORANG DEWASA
Hal ini dangat diperlukan untuk membimbing seseorang untuk mengetahui prinsip-prinsip apa yang harus atau yang akan dilakukan. Berpikir filosofis berdasarkan 2 pendekatan:
1. Pendekatan ilmiah
2. Pendekatan filosofis
Ada lima alasan yang dikemukakan untuk berpikir filosofis :
1. Perlu ada acuan pertanyaan apabila ingin menetapkan program yang akan datang.
2. Pendidik orang dewasa sering kali merasa bagian kecil dari suatu lembaga.
3. Pendidikan membutuhkan landasan untuk menilai keterkaitan antar persoalan/ masalah.
4. Pendidik perlu melihat keterkaitan antara pendidikan orang dewasa dengan aktivitas masyarakat
5. Suatu cara berpikir filosofis yang dikembangkan dengan pertanyaan mendasar
Daftar Pustaka :
1. Yusnadi, (200-). Andragogi, Pendidikan Orang Dewasa. Medan: Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan.
2. Suprijanto,H. (2007). Pendidikan Orang Dewasa; dari Teori hingga Aplikasi. Jakarta: Bumi Aksara.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar