Rabu, 17 November 2010

Laporan Observasi

Kelompok 4

Judul Kegiatan Observasi
Satu les di kelas X-H SMA Santo Thomas 1 Medan

Lokasi dan Waktu Observasi
Sekolah : SMA Santo Thomas 1 Medan
Alamat Sekolah : Jln. S. Parman No. 109 Medan
Tanggal Observasi : Jumat, 12 November 2010
Waktu : 08.10 – 08.50 WIB (les ke-2)

Subyek dan Obyek yang Diobservasi
Kelas yang di observasi : X- H (1 SMA)
Guru yang mengajar : Pak Enteng Sembiring
Mata pelajaran : PKn (Pendidikan Kewarganegaraan)
Topik : Hak Asasi Manusia (HAM) menurut UU No. 39

Kondisi Kelas:
Kelas berlokasi di lantai III, berukuran kurang lebih 5x5 meter dan berisikan 25 pasang bangku dan meja kayu, ditempati oleh 48 siswa/i. Setiap bangku diduduki oleh 2 orang siswa. Kelas dilengkapi dengan 1 papan putih (white board), 1 buah proyektor (in focus), 1 buah layar, 2 AC (air conditioner), 2 kipas angin, 1 jam dinding, 1 speaker (untuk pengumuman), dan beberapa hiasan dinding. Keadaan kelas cukup bersih, tidak ada sampah yang berserakan di lantainya yang terbuat dari keramik. Penerangan juga sangat baik, ada tiga jendela bergorden, dan 4 buah lampu neon. Dapat dikatakan, fasilitas di kelas ini cukup lengkap dan memadai.

Suasana Kelas:
Pada awalnya siswa cukup ribut, namun ketika pelajaran dimulai, siswa dapat tenang. Guru mengajar dengan berdiri di depan dan menggunakan metode ceramah. Pada pelajaran tersebut tidak ada digunakan bantuan proyektor ataupun penggunaan power point maupun media lainnya. Guru hanya berbicara di depan, dan para siswa duduk mendengarkan. Selama pelajaran siswa cukup tertib, namun terkadang ribut ketika guru menyampaikan humor/candaan. Tidak ada siswa yang mengajukan pertanyaan, namun siswa aktif dalam menjawab pertanyaan dari guru ataupun hanya sekedar mengomentari secara spontan apa yang disampaikan oleh guru.

Uraian Hasil Observasi
Observer : Gracias Anastasia, Marisa Andra
Alat yang digunakan : Alat tulis, catatan, kamera

Hasil Observasi :
Pada saat observasi, kelompok duduk di bangku yang terletak di pojok kelas. Kelompok tidak memberikan perlakuan apapun kepada para siswa ataupun guru.
Guru masuk ke kelas. Pada saat itu, suasana kelas masih berisik. Guru mulai menjelaskan di depan kelas materi yang telah dicatat oleh siswa sebelumnya. Pada saat menjelaskan konsep abstrak seperti keadilan, guru memberikan contoh. Beberapa kali terlihat guru mengajukan pertanyaan dan murid terlihat aktif menjawab. Suasana kelas mulai tenang. Di sela-sela guru menjelaskan terdengar sedikit keributan tapi secara umum suasana kelas cukup tertib.
Guru kembali mengajukan pertanyaan, namun, hanya beberapa murid yang menjawab. Murid-murid mulai terlihat kasak-kusuk dan perhatian mereka mulai teralih. Guru menceritakan sesuatu yang lucu dan murid pun kembali fokus. Pada saat ini, guru sedang menjelaskan tentang ‘memeluk agama’. Guru kemudian menganalogikan konsep ‘memeluk agama’ dengan ‘memeluk pacar’ dimana kita hanya boleh memeluk satu agama saja, demikian pula kita juga harus hanya memeluk seorang pacar saja. Murid kembali bersemangat mendengarkan pelajaran.
Kemudian guru lanjut menjelaskan beberapa poin berikutnya dan juga memberikan contoh. Sampai pada poin ketujuh, guru dan murid berdiskusi tentang ‘kesejahteraan’ dan perbedaannya dengan kemakmuran. Seorang murid berusaha menyampaikan pendapatnya. Guru mengajukan pertanyaan kepada murid itu dan menjelaskan bahwa alasan mengapa pendapatnya kurang tepat. Seorang murid lain mencoba menjawab dan jawabannya benar, maka pelajaran dilanjutkan.
Penjelasan guru berlanjut ke poin kedelapan yaitu tentang ‘pemerintahan’. Guru dan murid kembali terlibat diskusi tentang ‘pemerintahan’. Guru menanyakan arti istilah ‘eksekutif’ dan ‘yudikatif’. Beberapa murid memberikan tanggapan. Guru meluruskan dan kemudian menceritakan tentang Pak Obama. Murid sangat bersemangat dan kelas kembali ribut. Guru kemudian membandingkan sistem pemerintahan demokratis dengan sistem kerajaan.
Guru lanjut menjelaskan hingga poin kesepuluh. Bel berbunyi. Guru memberikan tugas dan berjanji akan memberikan tambahan nilai bagi murid yang bisa menjelaskan tugasnya di depan kelas pada pertemuan berikutnya. Murid terlihat bersemangat dan mendengarkan detail tugas dengan seksama.

Telaah Hasil Observasi
Dari paparan hasil observasi di atas, kelompok menyimpulkan bahwa kegiatan belajar mengajar di kelas PKn yang diobservasi menggunakan beberapa teori belajar yaitu :

1. 1. Teori Belajar Konstruktivisme
Salah satu teori yang digunakan dalam proses pembelajaran ini adalah teori konstruktivisme. Siswa diajak untuk dapat membangun pemahamannya berdasarkan pengalaman-pengalaman yang dimilikinya. Salah satu pengalaman yang dimaksud disini adalah pengajaran yang didapatkan dari sang guru. Guru memberikan informasi kepada siswa, baik itu informasi yang baru ataupun yang sudah pernah mereka simpan di otak. Selanjutnya merupakan tugas siswa untuk dapat menyesuaikan inforamasi-informasi tersebut dan kemudian membangun suatu pemahaman yang baru.
Peran guru disini juga sangat penting. Meskipun guru sangat aktif dalam memberikan materi penjelasan di kelas, guru disini juga berperan sebagai fasilitator yang memfasilitasi siswa dengan diskusi. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya pertanyaan yang dilontarkan guru ketika berada didalam kelas, dan siswa pun antusias dalam menjawab. Disini jelas terlihat bahwa siswa termotivasi dengan adanya guru tersebut, terlepas dari latar belakang dan karakteristik siswa yang berbeda-beda satu sama lain.

2. Teori Belajar Bandura
Sebenarnya jika dilihat untuk jangka waktu yang lebih panjang teori Bandura juga digunakan dalam proses belajar ini, terutama proses belajar yang dikemukakan oleh Bandura:
  1. Attentional
    Pada proses ini, siswa memperhatikan. Apa yang diperhatikan? Siswa akan memperhatikan apa yang dianggapnya efektif dan mengabaikan apa yang dianggapnya buruk. Dalam hal ini, banyak siswa yang memperhatika gurunya ketika si guru mengajar, sehingga dapat dikatakan bahwa guru berhasil membuat dirinya menjadi sesosok model yang menarik perhatian siswanya.
  2. Retentional
    Pada proses ini, siswa menyimpan informasi yang dikemukakan oleh apa yang diperhatikannya tadi. Setelah memperhatikan gurunya mengajar, siswa merekam apa yang disampaikannya dan kemudian menyimpannya di otak. Untuk kedepannya, pada saat guru menanyakan pelajaran minggu lalunya, siswa dapat me-recall apa yang dipelajarinya.
  3. Behavioural production process
    Proses ini mungkin belum bisa kelompok observasi pada saat itu, karena kami tidak dapat melihat apakah siswa benar-benar mengaplikasikan apa yang diajarkan pada hari tersebut. Namun, pada proses yang sebenarnya, siswa dapat menerjemahkan pelajaran PKn yang diterimanya kedalam bentuk perilaku yang nyata.
  4. Proses Motivasional
    Proses ini juga tidak dapat kami observasi, namun jika ketiga proses di atas telah terlaksana, maka seharusnya muncul motivasi siswa untuk menerjemahkan apa yang dipelajari dan kemudian membuat motif untuk menggunakan apa yang dipelajarinya tersebut.
3. Teori Belajar Skinner
Guru menggunakan positive reinforcement berupa penambahan nilai bagi siswa yang mengerjakan tugas dan mau menjelaskan hasil kerjanya kepada teman-temannya. Guru ingin memperkuat prilaku mengerjakan tugas dan juga keberanian tampil di depan kelas. Reinforcement guru terbukti berhasil, karena murid terlihat bersemangat.

4. Teori Belajar Landa
Disini teori Landa juga ada diterapkan dalam proses pembelajaran yang terjadi di kelas, yaitu dalam hal kurikulum dan juga metode guru dalam mengajar. Jika sistem belajar yang diterapkan oleh sekolah sudah baik, maka dengan sendirinya proses belajar yang terjalin akan baik pula. Dalam kelas ini, guru menguasai materi dan mampu menggerakkan kelasnya menjadi kelas yang aktif dan dinamis, dimana para siswa dapat mengerti apa yang diajarkanya dan informasi yang hendak disampaikan guru diterima siswa dengan baik.
Salah satu proses berpikir yang dikatakan oleh Landa, yaitu proses berpikir heuristic, sangat diterapkan di kelas ini. Pelajaran PKn merupakan salah satu mata pelajaran yang membutuhkan kemampuan pemahaman yang abstrak, karena banyak istilah-istilah yang mungkin agak sulit untuk dijelaskan. Misalnya seperti konsep kemakmuran dan kesejahteraan. Guru mempersilahkan siswa untuk secara bergantian memberikan pendapat dari berbagai sudut pandang dan bersama-sama mencari jawabannya. Siswa dituntut untuk berpikir kreatif dan memberikan gagasan-gagasan serta ide-ide yang baru sehingga siswa memiliki keleluwasaan untuk memberikan jawaban-jawaban yang berbeda-beda.

5. Teori Belajar Pask
Di dalam kelas Pkn, terjadi conversation, dimana kedua conversational agent yaitu guru dan murid, saling bertukar ide. Tipe conversation yang terjadi adalah instructional tutorials yaitu proses yang meliputi dua agent (dalam hal ini guru dan murid) yang bertujuan untuk mencapai suatu pemahaman mengenai subjek yang spesifik (konsep hak asasi manusia).
Kategori conversation yang terjadi adalah :
a. Monolog : proses ini terjadi di setiap individu baik guru maupun murid. Guru mungkin bertanya-tanya apakah muridnya sudah mengerti apa yang telah dia jelaskan dan apa lagi contoh yang harus diberikan agar murid lebih mengerti. Murid, di lain pihak, mengklarifikasi dan membentuk pemahaman mereka masing-masing.
b. Dialogue : guru dan murid sesekali berdialog untuk mendiskusikan arti dari suatu konsep dan bedanya dengan konsep yang lain. Dalam dialog, guru meminta pendapat dari beberapa orang murid.
c. Dialectic : setelah murid-murid memberikan pendapat mereka, guru dan murid kembali berdiskusi. Namun, kali ini, tujuannya adalah untuk mendapatkan kebenaran. Dari pendapat beberapa murid, tentu tidak semuanya benar. Melalui dialectic, guru memberitahukan jawaban yang paling benar kepada murid-muridnya.
d. Construction : selama pelajaran berlangsung, construction terjadi. Melalui conversation, murid-murid membentuk suatu pemahaman yang baru mengenai Hak Asasi Manusia.
Dalam proses pembelajaran di kelas PKn, conversation antara bisa membantu murid untuk lebih fleksibel dan bisa menerima pendapat orang lain. Selain itu bisa juga untuk mengurangi cognitive fixity.

6. Teori Belajar Ausubel
Secara umum proses pembelajaran di dalam kelas termasuk ke dalam meaningful reception learning Ausubel. Di dalam kelas, guru yang lebih aktif dalam menjelaskan materi kepada murid, walaupun sesekali guru juga menanyakan pendapat murid. Murid hanya menerima apa yang disampaikan oleh guru dan gaya belajar ini disebut reception learning oleh Ausubel. Namun, proses pembelajaran tidak hanya sampai disini saja. Guru juga mengaitkan konsep-konsep ke dalam kehidupan sehari-hari yang lebih dekat dengan siswa sehingga informasi yang diterima menjadi meaningful. Maka, kelompok mengambil kesimpulan bahwa proses pembelajaran yang terjadi adalah meaningful reception learning.
Selain itu, dari ketiga tipe meaningful learning, guru menggunakan dua diantaranya dalam proses pembelajaran yaitu :
a) Representational learning mengarah kepada belajar arti dari kata-kata ataupun simbol.
Dalam mengajar, guru terlebih dahulu menjelaskan arti dari kata-kata seperti keadilan dan kesejahteraan.
b) Concept learning dimana pembelajar memahami konsep dari suatu objek dan dapat membedakannya dari objek lainnya berdasarkan kriteria yang ada.
Setelah siswa mengerti arti dari kata-kata tersebut, guru mencoba mengajak siswa untuk membandingkannya dengan kata lain. Contohnya perbedaan kesejahteraan dengan kemakmuran. Hal ini dimaksudkan agar siswa lebih memahami suatu konsep yang diajarkan.
Ada dua proses meaningful learning yang tampak pada pelajaran Pkn yang diobservasi oleh kelompok. Yang pertama derivative subsumption. Derivative subsumption adalah belajar dengan menggunakan contoh baru untuk membantu menjelaskan konsep yang telah dipelajari sebelumnya. Untuk menjelaskan suatu konsep misalnya keadilan, guru menggunakan beberapa contoh yang dianggap dapat membantu siswa memahami konsep tersebut.
Selain derivative subsumption, combinatorial learning juga tampak dalam proses belajar di kelas. Menurut Ausubel, Combinatorial learning terjadi ketika ide baru tidak berhubungan dengan ide yang ada tetapi secara umum relevan.
Pada saat ini, guru sedang menjelaskan tentang ‘memeluk agama’. Guru kemudian menganalogikan konsep ‘memeluk agama’ dengan ‘memeluk pacar’ dimana kita hanya boleh memeluk satu agama saja, demikian pula kita juga harus hanya memeluk seorang pacar saja.
’Memeluk agama’ adalah ide yang baru. Sedangkan ’memeluk pacar’ adalah ide yang telah ada. Konsep ’memeluk agama’ tidak berhubungan dengan ’memeluk pacar’. Namun, kedua konsep ini secara umum sama. Oleh karena itu, guru mencoba menganalogikan kedua konsep ini. Dengan menganalogikan ide baru ke ide yang telah ada, murid lebih mudah memahami, karena konsep yang dibicarakan dekat dengan kehidupan murid. Selain itu, teknik ini terbukti berhasil membuat murid bersemangat dalam mendengarkan.

7. Teori Belajar Thorndike
Salah satu isi law of readiness (hukum kesiapan) yang dikemukakan oleh Thorndike adalah : “Ketika seseorang siap untuk melakukan suatu tindakan, maka melakukannya akan memuaskan”. Dari observasi di kelas, guru sebelum menerangkan kepada murid, telah meminta murid untuk membuat catatan. Catatan ini dimaksudkan agar murid siap untuk menerima pelajaran yang akan dijelaskan nantinya. Selain itu, di akhir pelajaran, guru juga meminta murid membuat tugas untuk menyiapkan mereka di pelajaran berikutnya.
Kesiapan murid dalam mata pelajaran yang diobservasi tampak dari kesiapan murid untuk menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru. Selama pelajaran, sebagian besar murid pun terlihat puas dan bisa menangkap dengan baik apa yang disampaikan oleh guru.

8. Teori Belajar Piaget
Di dalam diri setiap murid, juga terjadi ketiga proses kognitif yang dicetuskan Piaget, yaitu :
1. Asimilasi : murid yang telah sebelumnya mengetahui konsep yang sedang diajarkan akan melakukan asimiliasi yaitu pencocokan atau penyesuaian antara struktur kognitif dengan informasi baru.
2. Akomodasi : murid yang sebelumnya belum mengetahui konsep yang sedang diajarkan akan melakukan akomodasi yaitu memodifikasi struktur kognitif agar sesuai dengan lingkungan.
3. Equilibrasi : murid yang memiliki struktur kognitif yang berbeda dengan apa yang sedang diajarkan, maka murid melakukan equilibrasi.

Kesimpulan
Secara umum, siswa berpatisipasi baik dalam proses pembelajaran dengan ikut serta mendiskusikan materi, dan merespon pertanyaan-pertanyaan guru, baik secara khusus mengangkat tangan dan menjawab, maupun secara gamblang mengucapkan dengan spontan di kelas. Walaupun demikian, ada juga beberapa siswa – sedikit saja, yang tidak memperhatikan pelajaran, hanya pasif saja duduk dan diam. Namun secara keseluruhan, interaksi yang terbentuk di kelas itu sangat baik.
Secara umum, guru mampu mengendalikan kelas. Terkadang siswa tiba-tiba tertawa dan menjadi ribut karena candaan guru, namun guru dapat dengan mudah menenangkan kembali kelasnya tanpa harus marah. Guru juga menguasai materi pelajaran hari tersebut dengan sangat baik dan juga mampu membuat para siswa aktif dalam merespon sehingga mereka tidak bosan.
Daftar Pustaka
B. R. Hergenhahn & Matthew H. Olson (2009). Theories of Learning. Edisi Ketujuh. Jakarta : Kencana
Driscoll, Marcy P.1994. Psychology of Learning for Instruction. Boston : Allyn and Bacon
Bigge, Morris (1982). Learning Theories for Teacher, Fourth Edition. United States Of America : Harper and Row.

VIII. Testimoni
Tasya:
Dari sekian banyak tugas-tugas kuliah yang menuntut adanya observasi dan kunjungan-kunjungan ke institusi ataupun tempat-tempat tertentu, observasi ini adalah yang paling banyak tantangannya sejauh ini. Dari sejak awal sekali tugas ini diberikan, sampai pada titik akhir penyelesaian, kami (saya dan Marisa) mendapatkan banyak tantangan dan kendala. Bermula dari masalah perizinan, bolak-balik ke sekolah sampai tiga kali dalam kurun waktu hampir dua minggu, hingga akhirnya kami berhasil melaksanakan observasi kami. Sejujurnya, kamilah kelompok yang paling pertama memulai melaksanakan observasi kami, namun karena satu dan lain hal, kami jadi merupakan kelompok yang belakangan menjalankan observasinya (hahaha).
Pada hari observasi, kami juga berbenturan dengan sedikit masalah, sulit menemui guru nyalah, siswanya lagi pergi retret lah, harus menunggu sampai les ke-2, jam observasi yang hampir bertabrakan dengan jam kuliah dan presentasi Marisa, belum lagi saya yang datang terlambat dan membuat Marisa menunggu dengan cemas, hehehe. Namun ketika pada akhirnya kami masuk ke ruangan kelas yang hendak di observasi, semua kendala terbayar dengan observasi yang berjalan dengan baik. Kelas yang kami dapatkan juga memiliki interaksi sosial yang baik, baik sesama siswa maupun dengan guru. Guru yang mengantar kami ke kelas, dan guru yang mengajar kelas PKn juga sangat welcome dengan kedatangan kami.
Saya yang merupakan alumni siswa SMA St.Thomas 1 memang merasa mendapatkan keramahan dan perlakuan yang lebih baik dari guru-guru dan kepala sekolahnya, sehingga pada observasi kali ini saya merasa cukup senang dan tanpa beban.
Namun ketika sampai pada proses pembuatan laporan, lagi-lagi kami banyak kendala. Saya dan Marisa tidak memiliki jadwal yang sama, sehingga agak sulit untuk menemukan waktu yang tepat untuk berdiskusi. Tak terasa deadline sudah semakin dekat dan kamipun tak kunjung bisa mengatur waktu yang tepat. Terkadang ketika Marisa bisa, saya ada rapat atau latihan Natal, kadang malah ketika saya yang bisa, Marisa ada kuliah, hal-hal seperti itulah. Pada akhirnya diskusi online merupakan salah satu pemecahan masalah kami. Mati lampu, koneksi yang jelek, modem habis pulsa, serta kebingungan di sana sini menjadi bumbu-bumbu penyedap dalam penyelesaian laporan ini. Namun overall, kami akhirnya dapat menyelesaikannya - tepat sebelum deadline. Semoga perjuangan ini gak sia-sia dan mendapatkan apresiasi yang baik J

Marisa:
Setelah kami ditentukan untuk observasi pada strata SMA, Tasya sudah mengusulkan untuk observasi di SMA Santo Thomas dan kami pun memutuskan untuk mencoba minta ijin kesana. Ketika kami kesana untuk pertama kalinya, kami menemui Kepala Sekolah yang tidak diduga sangat ramah dan welcome. Dan satu hal yang benar-benar membuat saya terkejut, izin observasi dengan mudah didapat dan kami diminta untuk menemui seorang guru untuk menentukan kelas yang akan kami masuki. Namun, setelah dicari-cari gurunya tidak kelihatan dan juga karena pada saat itu murid di SMA itu sedang ujian, kami memutuskan untuk datang minggu depannya.
Hari Rabu, tanggal 3 November, kami kembali pergi ke SMA Santo Thomas. Kami akhirnya berhasil menemui gurunya tapi ternyata proses pembelajaran di sekolah itu belum dimulai karena guru-guru masih sibuk mengoreksi LKS. Kami diminta untuk kembali minggu depan. Akhirnya pada Jumat tanggal 12 November, kami berhasil melakukan observasi disana.
Setelah observasi, selanjutnya adalah membuat laporan. Jadwal kuliah yang padat dan banyaknya diskusi dari mata kuliah lain menghambat kami untuk melakukan diskusi tatap muka. Akhirnya karena waktu yang semakin terbatas, kami memutuskan untuk diskusi online. Selama proses pembuatan laporan, segala macam kendala kembali bermunculan, dari data yang salah di-save sampai insiden mati lampu di rumah Tasya. Namun, syukurlah laporan ini bisa dengan selamat diselesaikan. :D
Saya merasa observasi ke sekolah ini sangat menyenangkan. Saya bisa mempunyai kesempatan untuk melihat bagaimana sebenarnya proses belajar yang terjadi di sekolah lainnya dan juga bisa mengetahui perbandingannya dengan sekolah saya dulu. Selain itu, melalui tugas ini, saya juga bisa memperdalam pemahaman saya tentang teori belajar yang telah dipelajari selama mata kuliah Psikologi Belajar di semester ini.

Dokumentasi



Kamis, 11 November 2010

TEORI KONSTRUKTIVISME

Teori konstruktivis ini menyatakan bahwa siswa harus menemukan sendiri dan mentransformasikan informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan aturan-aturan lama dan merevisinya apabila aturan-aturan itu tidak lagi sesuai. Bagi siswa agar benar-benar memahami dan dapat menerapkan pengetahuan, mereka harus bekerja memecahkan masalah, menemukan segala sesuatu untuk dirinya, berusaha dengan susah payah dengan ide-ide. Teori ini berkembang dari kerja Piaget, Vygotsky, teori-teori pemrosesan informasi, dan teori psikologi kognitif yang lain, seperti teori Bruner

Constructivist Learning Intervention

1. Nature of the Learner
- Pebelajar merupakan individu yang unik
Setiap individu adalah individu yang unik dengan kebutuhan dan latar belakang yang berbeda. Konstruktivis tidak hanya mengakui keunikan dan kompleksitas dari individu, tetapi juga memanfaatkan hal tersebut sebagai bagian dari proses belajar.

- Pentingnya latar belakang cultural pebelajar
Interaksi sosial antara individu dengan anggota lain dalam masyarakat. Tanpa interaksi sosial sangat penting dan perlu ditekankan. Sangat tidak mungkin memperoleh makna sosial dari simbol-simbol penting dan belajar bagaimana menggunakannya tanpa mempertimbangkan latar belakang dan kebudayaan dalam proses belajar.

- Tanggung jawab untuk belajar
Von Glasersfeld (1989) menekankan bahwa seorang individu membangun pemahaman mereka sendiri. Individu mencari makna dari apa yang diterimanya dan mencoba menemukan keteraturan dalam kejadian yang ada walaupun dengan tidak adanya informasi yang lengkap.

- Motivasi untuk belajar
Motivasi untuk belajar tergantung pada kepercayaan diri seorang individu terhadap potensinya. Perasaan kompeten dan kepercayaan menyelesaikan masalah baru didapat dari pengalaman penguasaan masalah di masa lalu sehingga seseorang akan lebih percaya diri dan termotivasi untuk menghadapi tugas lain yang lebih kompleks.

2. The Role of the Instructor
Dalam belajar, lingkungan belajar harus diatur untuk mendukung dan menantang pikiran dari seorang siswa, sehingga peran seorang instruktur sangat penting. Ada beberapa strategi belajar kooperatif yaitu :
- Jigsaw Classroom: siswa menjadi “ahli/pakar” dalam suatu tugas kelompok dan mengajari siswa lainnya dalam kelompom tersebut.
- Structured Controversies: Siswa bekerja bersama dalam meneliti masalah tertentu.

3. The Nature of the Learning Process

Ø Belajar sebagai proses sosial, aktif
Konstruktivis melihat belajar adalah proses belajar dimana seharusnya siswa menemukan sendiri prinsip, konsep, dan fakta. Individu membentuk makna melalui interaksi satu sama lain dan dengan lingkungan dimana mereka tinggal. Pengetahuan adalah produk dari manusia dan dikonstruk secara sosial dan budaya.

Ø Interaksi dinamis antara tugas, instruktur dan pebelajar
Nilai, budaya, dan latar belakang dari pengajar merupakan bagian yang penting dalam mempengaruhi siswa dan tugas dalam pembentukan makna. Pengetahuan yang dimiliki siswa dengan yang dimiliki guru maupun orang lain dibandingkannya sehingga siswa menemukan versi kebenaran yang baru dan teruji secara sosial. Suatu tugas ataupun masalah merupakan pokok perhatian antara pengajar dan siswa. Hal ini menciptakan interaksi yang dinamis antara tugas, pengajar, dan siswa


Ada beberapa rekomendasi kondisi belajar yang diperlukan untuk mencapai tujuan konstruktivisme :
1. Menyediakan lingkungan belajar yang kompleks dengan melakukan aktivitas nyata.
2. Memfasilitasi social negotiation sebagai bagian penting dalam belajar.
3. Penjabaran isi pembelajaran dengan memasukkan multiple modes of representation
4. Nurturance reflexity
5. Menekankan pada pembelajaran yang beorientasi pada siswa.

Referensi :

http://pkab.wordpress.com/2008/04/16/paradigma-konstruktivisme/

http://en.wikipedia.org/wiki/Constructivism_%28learning_theory%29

http://penelitiantindakankelas.blogspot.com/2009/03/teori-konstruktivisme_06.html

Driscoll, Marcy P.1994. Psychology of Learning for Instruction. Boston : Allyn and Bacon