Saya merupakan salah satu mahasiswa Fakultas Psikologi USU yang mengikuti kelas Paedagogi, yang pada awalnya tidak familiar dengan dunia blog. Ketika saya mengetahui bahwa kelas ini akan banyak menggunakan media online, khusunya blog, saya sempat khawatir bahwa saya akan pusing dan tidak mengerti. Namun ternyata, proses pembelajaranlah yang membuat saya pada akhirnya mengerti cara mengoperasikan fasilitas online ini. Dengan kemampuan saya yang masih dikatakan “baru mengerti”, maka saya tidak memungkiri bahwa kapasitas saya dalam menggunakan blog hanyalah sekedar upload tugas, posting tugas, comment mengenai tugas, dan semua hal yang berhubungan dengan tugas dan kewajiban kuliah – yang tentunya tidak mengalami kesulitan dalam melakukannya. Namun jika saya ditanya, apabila dari sejak awal saya sudah mengerti dan mahir menggunakan blog, apakah saya akan menciptakan sesuatu atau mengkreasikan sesuatu dengan blog saya ini dan memanfaatkannya untuk kepentingan lain, maka saya akan tetap menjawab tidak. Ada beberapa alasan yang mendasari saya untuk tidak menggunakan blog ini selain untuk kepentingan kewajiban tugas mata kuliah.
Pertama, saya tidak suka mencampur adukkan hal yang berbeda. Blog ini saya buat pada awalnya memang untuk kelas Paedagogi dan Andragogi. Jika saya berniat untuk membuat posting yang tidak berhubungan dengan tugas kuliah kedua mata kuliah ini, maka saya akan lebih memilih untuk membuat blog yang baru, karena saya suka dengan sesuatu yang organized dengan baik sehingga posting saya untuk paedagogi tidak akan bercampur dengan posting-posting lain seperti misalnya curahan hati saya, pengalaman, cerita, pengumuman, materi yang berhubungan dengan subjek lain ataupun berbagai hal lainnya.
Kedua, saya memang tidak aware bahwa hal tersebut diperbolehkan. Sejak awal saya memang berpikir bahwa blog ini dibuat untuk kelas Paedagogi serta Andragogi, dan hanya untuk Paedagogi dan Andragogi. Jadi saya memang tidak kepikiran untuk posting apapun selain untuk kuliah.
Ketiga, disini fungsi blog adalah sebagai media saya untuk belajar paedagogi, bukan untuk entertainment atupun hal-hal lain yang sifatnya pribadi. Alamat blog saya jelas terpublikasi kepada teman-teman, bahkan alamat email saya sendiri juga. Menurut saya tidak cocok jika saya menggabungkannya dengan posting lain.
Jika ditilik dari sebuah teori Paedagogi yang saya baca di buku PARADIGMA BARU PEMBELAJARAN, karangan Prof. Dr. H. Yatim Riyanto, M.Pd, mengenai Prinsip-prinsip belajar oleh Dimyati dan Mudjiono, ada berbagai prinsip belajar yang dimiliki seseorang sebagai upaya pembelajaran. Prinsip itu antara lain:
- Perhatian dan Motivasi
Sebagai seorang mahasiswa saya dituntut untuk memberikan perhatian ketika berkuliah dan termotivasi untuk belajar. Inilah yang saya alami ketika saya menyadari bahwa saya tidak mampu menggunakan blog, sehingga saya memeprhatikan cara menggunakannya dan termotivasi untuk terus belajar dan mencoba sampai bisa.
- Keaktifan
Selain memeperhatikan saya harus aktif juga dalam belajar dan mencari sumber-sumber pembelajaran yang berguna. Walaupun sebenarnya bisa juga saya terapkan dengan posting menggunakan blog, saya lebih memilih aktif dengan menggunakan media lain, seperti misalnya browsing di google, yahoo, dll.
- Keterlibatan Langsung / Berpengalaman
Ini jelas terjadi ketika saya pada awalnya memang tahu tentang blog, namun tidak memiliki blog, sehingga proses pembelajaran yang bisa saya dapatkan sangatlah minim. Namun ketika saya telah terlibat langsung dan berpengalaman dalam penggunaannya, maka proses belajarpun terjadi. Saya juga kemudian tahu sendiri bahwa saya lebih memilih untuk tidak mengikutsertakan berbagai posting yang tidak berhubungan dengan kuliah saya.
- Pengulangan
Proses pengulangan dapat menajadi berguna dalam proses belajar. Dengan mengulang kita sekaligus melakukan proses latihan berulang yang dapat meningkatkan daya ingat dan performa kita. Hal ini terjadi ketika saya kerap mendapat tugas sehingga saya semakin sering menggunakan blog dan menjadi semakin terbiasa begitu pula dalam pengerjaan tugas.
- Tantangan
Sebagai mahasiswa, tentu ada tujuan yang hendak dicapai. Dalam mencapai tujuan tersebut pasti ada saja halangan yang mengganggu, namun mau atau tidak halangan tersebut harus dihadapi. Inilah tantangan tersebut. Semakin besar tantangan tersebut, maka semakin besar motivasi kita menaklukannya. Dalam hal ini, saya akan sering menghadapi berbagai pertanyaan atau kebingungan-kebingungan , salah satunya masalah posting di blog. Namun inilah tantangan yang harus saya hadapi.
- Balikan dan Penguatan
Sesuai dengan “law of effect”, seseorang akan lebih senang jika tahu bahwa ia mendapat hasil yang baik. Itu berarti ia akan mendapat pengaruh yang baik untuk usaha kedepannya. Ketika saya merasa blog saya lebih baik tanpa posting yang lain-lain, maka saya akan belajar dengan lebih baik dan positif.
- Perbedaan individual
Pada dasarnya, manusia itu adalah unik dan berbeda, sehingga tidak ada satu orangpun yang memiliki sifat-sifat yang sama persis. Hal ini pastinya mempengaruhi proses dan hasil belajar kita. Jika ada teman saya yang memilih untuk membuat posting diluar kewajiban mata kuliah pada blognya, hal ini membuktikan bahwa perbedaan sifat dan pendapat itu memang ada, bahwa saya berbeda dengan orang lain. Mungkin teman saya memiliki alasan tersendiri untuk melakukan demikian, namun saya juga memiliki alasan untuk tidak melakukannya.
ANDRAGOGI
Menurut Gambar 6 serta teori Pendidikan Orang Dewasa dalam Tinjauan Filsafat yang tertulis di buku PENDIDIKAN ORANG DEWASA hal 95, karangan Dr. Yusnadi, M.S, dikatakan bahwa pendidkan orang dewasa dapat bersumber dari filsafat-filsafat umum yang berkaitan dengan pendidikan. Semua sumber ide tersebut bisa mendapat respon dan pandangan yang berbeda, tergantung dari individu yang menilai.
Ada empat filsafat umum berdasarkan kerangka pertanyaan, apa itu realita, apa itu pengetahuan, dan apa itu nilai, yaitu:
- IDEALISME
- REALISME
- EXPERIMENTALISME
- EKSISTENSIALISME
Singkat cerita, keempat filsafat ini tentu memberikan ide yang berbeda, dimana Idealisme dan Realisme tergolong filsafat tradisionalisme (seseorang punya hak untuk hasil akhir namun tidak berhak menentukan nilai akhir) dan Eksperimentalisme serta Eksistensialisme tergolong filsafat modern (seseorang punya hak mentukan hasil akhir dan makna).
Berdasarkan gambar 6 mengenai hubungan keempat filsafat, jelas terlihat bahwa filsafat Idealisme, Realisme, serta Eksperimentalisme dibuat berdekatan dan saling berhubungan, namun filsafat Eksistensialisme sendiri dibawah, tanpa adanya tanda panah yang menhubungkan keempatnya. Hal ini mengindikasikan bahwa Filsafat Idealisme, Realisme dan Eksperimentalisme memiliki semacam keterkaitan sehingga ketiganya dapat saling menimpali atau menutupi (overlap) dasar pemikiran masing-masing . Idealisme merupakan filsafat tertua yang sangat menjunjung tinggi Tuhan serta hal-hal yang berbau spiritual. Tujuan dan cita-cita hidup kaum idealis berdasar dari semangat manusia dan tidak mempedulikan kedaan fisik maupun materi. Hal ini sangat bertolak belakang dengan kaum Realis, yang sangat mengandalkan dunia fisik dan materi sebagai hal yang nyata. Kaum Realisme sangat memperhatikan keberadaan manusia dan juga kebendaan. Berbeda hal lagi dengan kaum Ekperimentalisme, yang menjadikan pengalaman dan pemecahan masalah serta proses sebagai pedoman hidup, yang bertujuan untuk menguji nilai-nilai hidup. Walaupun ketiga filsafat ini berbeda, namun ketiganya memiliki hubungan, dimana Idealisme dan Realisme dapat saling menutupi dan melengkapi, meskipun sebenarnya keduanya sangat bertentangan. Kedua filsafat ini kemudian dapat memunculkan filsafat ekperimentalisme, yang juga berbeda dengan keduanya, namun merupakan perpaduan dari idelaisme dan realisme, karena kaum ekperimentalisme merupakan kaum yang dinamis, dan selalu mencari mana yang paling benar.
Yang terakhir adalah kaum Eksistensialisme, yang sifatnya sangat individualis, sehingga tidak begitu mempedulikan apa yang dikatakan oleh orang lain karena kaum ini bebas bertindak sesuai dengan apa yang dirasanya benar. Namun ini adalah sebuah tanggung jawab, yang juga dapat mempengaruhi orang lain. Inilah yang mungkin meyebabkan Eksistensialisme terpisah dari filsafat lainnya, karena paham ini sangat berbeda. Walaupun demikian perbedaan-perbedaan inilah yang pada akhirnya menghiasi kehidupan di dunia ini dengan berbagai macam variasi ide, pendapat, pandangan dan juga paham.
Hubungan keempat filsafat ini dapat dikaitkan dengan salah satu performa yang saya ikuti di mata kuliah Andragogi. Dalam hal ini, yang menurut saya paling sesuai dengan gambar ini adalah metode Diskusi. Mengapa? Karena sama halnya dengan konsep keempat filsafat tadi, metode diskusi adalah salah satu metode pembelajaran bagi pendidikan orang dewasa yang sangat variatif dalam hal pelaksanaannya. Terdapat bermacam-macam metode diskusi yang dapat digunakan. Diskusi dapat bersifat formal, maupun informal, dalam bentuk kelompok seperti buzz group, atau huddle, dapat berupa debat, dapat juga brainstorming dan masih banyak yang lainnya. Metode diskusi sendiri juga secara tidak langsung dapat menerapkan berbagai macam paham filsafat tadi. Misalnya saja kita dapat melihat paham apa yang dianut oleh seseorang berdasarkan cara seseorang memimpin sebuah diskusi, ataupun bagaimana cara seseorang berargumen atau memberi tanggapan maupun pendapat di dalam sebuah forum diskusi. Selain itu paham eksistensialis juga dapat kita lihat ketika ada sebuah pemecahan masalah di dalam diskusi, ketika ada hal yang diperdebatkan, dan ketika anggota diskusi mencari solusi ataupun jawaban yang paling tepat dari sebuah masalah. Banyaknya cara menjalankan diskusi dan beranekaragamnya bentuk dari diskusi tersebut dapat menjadi cerminan keempat filsafat tadi yang berbeda namun tetap penting untuk memberi warna di dunia ini. Sama halnya dengan diskusi ini, meskipun berbeda-beda cara penyajiannya dan juga terbuka untuk divariasikan, namun pada dasarnya semua metode itu sama pentingnya dan bertujuan sama yakni untuk menyampaikan pendapat dan mendorong individu untuk berpikir dan mengambil keputusan sendiri baik secara individu maupun kelompok.