Kamis, 11 November 2010

TEORI KONSTRUKTIVISME

Teori konstruktivis ini menyatakan bahwa siswa harus menemukan sendiri dan mentransformasikan informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan aturan-aturan lama dan merevisinya apabila aturan-aturan itu tidak lagi sesuai. Bagi siswa agar benar-benar memahami dan dapat menerapkan pengetahuan, mereka harus bekerja memecahkan masalah, menemukan segala sesuatu untuk dirinya, berusaha dengan susah payah dengan ide-ide. Teori ini berkembang dari kerja Piaget, Vygotsky, teori-teori pemrosesan informasi, dan teori psikologi kognitif yang lain, seperti teori Bruner

Constructivist Learning Intervention

1. Nature of the Learner
- Pebelajar merupakan individu yang unik
Setiap individu adalah individu yang unik dengan kebutuhan dan latar belakang yang berbeda. Konstruktivis tidak hanya mengakui keunikan dan kompleksitas dari individu, tetapi juga memanfaatkan hal tersebut sebagai bagian dari proses belajar.

- Pentingnya latar belakang cultural pebelajar
Interaksi sosial antara individu dengan anggota lain dalam masyarakat. Tanpa interaksi sosial sangat penting dan perlu ditekankan. Sangat tidak mungkin memperoleh makna sosial dari simbol-simbol penting dan belajar bagaimana menggunakannya tanpa mempertimbangkan latar belakang dan kebudayaan dalam proses belajar.

- Tanggung jawab untuk belajar
Von Glasersfeld (1989) menekankan bahwa seorang individu membangun pemahaman mereka sendiri. Individu mencari makna dari apa yang diterimanya dan mencoba menemukan keteraturan dalam kejadian yang ada walaupun dengan tidak adanya informasi yang lengkap.

- Motivasi untuk belajar
Motivasi untuk belajar tergantung pada kepercayaan diri seorang individu terhadap potensinya. Perasaan kompeten dan kepercayaan menyelesaikan masalah baru didapat dari pengalaman penguasaan masalah di masa lalu sehingga seseorang akan lebih percaya diri dan termotivasi untuk menghadapi tugas lain yang lebih kompleks.

2. The Role of the Instructor
Dalam belajar, lingkungan belajar harus diatur untuk mendukung dan menantang pikiran dari seorang siswa, sehingga peran seorang instruktur sangat penting. Ada beberapa strategi belajar kooperatif yaitu :
- Jigsaw Classroom: siswa menjadi “ahli/pakar” dalam suatu tugas kelompok dan mengajari siswa lainnya dalam kelompom tersebut.
- Structured Controversies: Siswa bekerja bersama dalam meneliti masalah tertentu.

3. The Nature of the Learning Process

Ø Belajar sebagai proses sosial, aktif
Konstruktivis melihat belajar adalah proses belajar dimana seharusnya siswa menemukan sendiri prinsip, konsep, dan fakta. Individu membentuk makna melalui interaksi satu sama lain dan dengan lingkungan dimana mereka tinggal. Pengetahuan adalah produk dari manusia dan dikonstruk secara sosial dan budaya.

Ø Interaksi dinamis antara tugas, instruktur dan pebelajar
Nilai, budaya, dan latar belakang dari pengajar merupakan bagian yang penting dalam mempengaruhi siswa dan tugas dalam pembentukan makna. Pengetahuan yang dimiliki siswa dengan yang dimiliki guru maupun orang lain dibandingkannya sehingga siswa menemukan versi kebenaran yang baru dan teruji secara sosial. Suatu tugas ataupun masalah merupakan pokok perhatian antara pengajar dan siswa. Hal ini menciptakan interaksi yang dinamis antara tugas, pengajar, dan siswa


Ada beberapa rekomendasi kondisi belajar yang diperlukan untuk mencapai tujuan konstruktivisme :
1. Menyediakan lingkungan belajar yang kompleks dengan melakukan aktivitas nyata.
2. Memfasilitasi social negotiation sebagai bagian penting dalam belajar.
3. Penjabaran isi pembelajaran dengan memasukkan multiple modes of representation
4. Nurturance reflexity
5. Menekankan pada pembelajaran yang beorientasi pada siswa.

Referensi :

http://pkab.wordpress.com/2008/04/16/paradigma-konstruktivisme/

http://en.wikipedia.org/wiki/Constructivism_%28learning_theory%29

http://penelitiantindakankelas.blogspot.com/2009/03/teori-konstruktivisme_06.html

Driscoll, Marcy P.1994. Psychology of Learning for Instruction. Boston : Allyn and Bacon

Tidak ada komentar:

Posting Komentar